In Jalan-Jalan

Curhatan Karyawan Yang Pengen Liburan Tapi Penghasilan Pas-Pasan

Curhatan Karyawan Yang Pengen Liburan Tapi Penghasilan Pas-Pasan

Curhatan hati oleh Septyan Bayu Anggara:

Setiap pagi, aku membuka Instagram sebelum berangkat bekerja. Di media sosial paling keren ini, aku melihat banyak sekali kawanku dan juga selebgram yang kerjaannya traveling melulu. Ada yang di Raja Ampat, banyak yang juga berlibur ke Pulau Komodo. Bahkan tak jarang yang hobinya liburan dari satu negara ke negara lain.

What? Kerjaan mereka apa sih sebenarnya? Mereka nggak kerja kantoran apa?

Bukan, aku bukan ingin berprasangka kepada mereka semua. Aku cuma mau jujur, kalau aku iri dengan mereka. Bisa berlibur sesuka hati dengan foto yang kadang bikin panas hati. Oh, andaikan mereka tahu bahwa setiap unggahannya menerbitkan rasa iri. Kapan ya aku bisa begini?

Apalah dayaku, seorang pekerja yang bekerja seharian dan lembur hingga malam. Boro-boro ‘kan mikirin liburan?

Di dunia yang serba mendewakan materi dan memberhalakan kekayaan, mau tak mau aku terbawa arus ke dalam pusaran. Bekerja dengan penuh dedikasi, pagi hingga malam, besoknya berulang pagi sampai malam, dan akhir pekan cuma buat tidur saja. Demi bisa menunjukkan kepunyaan materi, aku harus bersabar dan mengumpulkan pundi-pundi kekayaan. Walaupun aku sangat yakin, dengan penghasilan yang sekarang, butuh 2 kali hidup-mati buat bisa menjadi kaya dan terpandang. Oke, aku memang merasa ada yang tidak tepat dalam memaknai pekerjaan. Tapi demi mendapat uang, aku bisa apa?

“Kamu kerja apa dikerjain?” seloroh temanku meledek.

Pagi hingga malam aku bekerja mencari penghasilan. Dan setiap pagi hingga malam, kawan-kawan menggunggah foto-foto liburan. Gimana nggak jadi baperan?

Setiap pagi, foto-foto mereka berseliweran di Instagram. Foto ketika liburan di Lombok, Sumba hingga Korea. Foto menggunakan GoPro, kamera mirrorless hingga drone selalu mewarnai linimasa. Begitu terus setiap harinya. Sering benakku bertanya-tanya, kawan-kawan ini kerjaannya apa?

Setiap pagi aku bersemangat untuk bekerja agar bisa segera berlibur seperti mereka. Tapi kenyataannya, sampai di kantor kerjaan banyaknya luar biasa. Ujung-ujungnya hari ini pasti lembur juga. Dan seketika makin kesal lihat foto-foto liburan mereka. Huft, kapan aku bisa berlibur juga?

Tabungan buat liburan? Hei, penghasilan ‘buruh’ sepertiku hanya cukup buat makan dan bayar kosan. Sisanya buat orangtua walaupun tak seberapa

Mungkin mudah berkomentar seperti, “Yaudah sih liburan aja, ambil cuti!” Kamu nggak pernah membayangkan betapa penghasilanku bukanlah semewah kalian. Cukup buat bayar kosan dan makan sehari-hari. Memang ada sedikit tabungan tapi sebagian aku berikan orangtua dan sisanya buat tabungan kelak menikah nanti. Bisa sih ambil uang buat liburan, tapi apa nggak sayang duit ditabung sekian lama cuma buat jalan-jalan?

Lagipula cuti di sini juga tidak mudah. Bagi junior sepertiku, cuti susahnya minta ampun. Paling juga kalau sakit dihitung cuti. Sedih memang. Tak apalah, toh hidupku sudah setiap hari di kantor ini. Demi masa tua yang lebih baik tak mengapa.

Tapi lama kelamaan, pikiranku sering stress dan tubuh sering merasa kelelahan. Dan paling sedih, kenapa susah sekali mendapat pasangan?

Lama kelamaan, diriku terforsir bekerja dan melupakan sosial termasuk liburan. Pikiran mulai jenuh dan sering merasa kelelahan. Sekali lagi tak mengapa, asal uang lembur selalu hadir memberikan kebahagiaan. Tapi ternyata itu semu. Badanku sering drop dan sering sakit. Beberapa kali aku harus opname di rumah sakit dengan alasan yang sama, kecapekan.

Hal yang paling menyesakkan menjadi pekerja kantoran pagi-malam seperti ini adalah, sulitnya mencari pasangan hidup. Di kantor sudah pada nikah semua. Ketemu orang lain pun terbilang jarang. Di usia yang menginjak kepala 3, hatiku mulai resah ketika belum ada kekasih halal yang menemani langkah perjuangan. Sedih dan ya, kamu pasti tahu sendiri ‘kan Mblo? Hidup kaya nggak ada motivasinya ya.

Pada akhirnya, aku sadar bahwa tak ada artinya pekerjaan yang tidak bisa bikin kita bahagia. Uang bisa dicari, namun kebahagiaan harus kita ciptakan sendiri. Bekerja memang lebih baik sesuai passion dan meningkatkan kapasitas diri. Pekerjaan yang baik adalah yang membahagiakan, apalagi yang sesuai dengan passion diri. Toh penghasilan di sana tak seberapa, tak cukup untuk liburan biasa. Apalagi liburan ala pemilik First Travel keliling dunia.

Mulai saat ini kuputuskan, aku berhenti bekerja di kantor itu. Mulai saat ini aku akan menulis dan keliling Indonesia. Semoga saja membahagiakan. Semoga saja menyenangkan. Mohon doakan.

Related Articles

0 comments:

Posting Komentar